Sabtu, 11 Oktober 2014
























SIAPAKAH UMAR BIN ABDUL AZIZ ??


Adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 sampai 720 (selama 2–3 tahun), bliau juga mendapat julukan UMAR II.
Ayahnya adalah Abdul-Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin keduaUmar bin Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang Sahabat Nabi yang paling dekat.

KISAH KHALIFAH “UMAR BIN KHATTAB” BERKAITAN TENTANG KELAHIRAN UMAR II

"Khalifah Umar sangat terkenal dengan kegiatannya beronda pada malam hari di sekitar daerah kekuasaannya. Pada suatu malam beliau mendengar dialog seorang anak perempuan dan ibunya, seorang penjual susu yang miskin.
Kata ibu “Wahai anakku, segeralah kita tambah air dalam susu ini supaya terlihat banyak sebelum terbit matahari
Anaknya menjawab “Kita tidak boleh berbuat seperti itu ibu, Amirul Mukminin melarang kita berbuat begini
Si ibu masih mendesak “Tidak mengapa, Amirul Mukminin tidak akan tahu”.
Balas si anak “Jika Amirul Mukminin tidak tahu, tapi Tuhan Amirul Mukminin tahu”.
Umar yang mendengar kemudian menangis. Betapa mulianya hati anak gadis itu.
Ketika pulang ke rumah, Umar bin Khattab menyuruh anak lelakinya, Asim menikahi gadis itu.
Kata Umar, "Semoga lahir dari keturunan gadis ini bakal pemimpin Islam yang hebat kelak yang akan memimpin orang-orang Arab dan Ajam”.
Asim yang taat tanpa banyak tanya segera menikahi gadis miskin tersebut. Pernikahan ini melahirkan anak perempuan bernama Laila yang lebih dikenal dengan sebutan Ummu Asim. Ketika dewasa Ummu Asim menikah dengan Abdul-Aziz bin Marwan yang melahirkan Umar bin Abdul-Aziz.

DIANGKATNYA UMAR BIN AMDUL AZIZ MENJADI KHALIFAH

Seluruh umat Islam berkumpul di dalam masjid dalam keadaan bertanya-tanya, siapa khalifah mereka yang baru. Raja’ Ibn Haiwah mengumumkan, "Bangunlah wahai Umar bin Abdul-Aziz, sesungguhnya nama engkaulah yang tertulis dalam surat ini".
Umar bin Abdul-Aziz bangkit seraya berkata, "Wahai manusia, sesungguhnya jabatan ini diberikan kepadaku tanpa bermusyawarah dahulu denganku dan tanpa pernah aku memintanya, sesungguhnya aku mencabut bai’ah yang ada dileher kamu dan pilihlah siapa yang kalian kehendaki".
Umat tetap menghendaki Umar sebagai khalifah dan Umar menerima dengan hati yang berat, hati yang takut kepada Allah dan tangisan. Segala keistimewaan sebagai khalifah ditolak dan Umar pulang ke rumah.
Ketika pulang ke rumah, Umar berfikir tentang tugas baru untuk memerintah seluruh daerah Islam yang luas dalam kelelahan setelah mengurus jenazah Khalifah Sulaiman bin Abdul-Malik. Ia berniat untuk tidur.
Pada saat itulah anaknya yang berusia 15 tahun, Abdul-Malik masuk melihat ayahnya dan berkata, "Apakah yang sedang engkau lakukan wahai Amirul Mukminin?".
Umar menjawab, "Wahai anakku, ayahmu letih mengurusi jenazah bapak saudaramu dan ayahmu tidak pernah merasakan keletihan seperti ini".
"Jadi apa engkau akan buat wahai ayah?", Tanya anaknya ingin tahu.
Umar membalas, "Ayah akan tidur sebentar hingga masuk waktu zuhur, kemudian ayah akan keluar untuk salat bersama rakyat".
Apa pula kata anaknya apabila mengetahui ayahnya Amirul Mukminin yang baru “Ayah, siapa pula yang menjamin ayah masih hidup sehingga waktu zuhur nanti sedangkan sekarang adalah tanggungjawab Amirul Mukminin mengembalikan hak-hak orang yang dizalimi” Umar ibn Abdul Aziz terus terbangun dan membatalkan niat untuk tidur, beliau memanggil anaknya mendekati beliau, mengucup kedua belah mata anaknya sambil berkata “Segala puji bagi Allah yang mengeluarkan dari keturunanku, orang yang menolong aku di atas agamaku”

KISAH TELADAN UMAR BIN ABDUL AZIZ DAN LAMPU ISTANA

Suatu malam, Umar bin Abdul Aziz terlihat sibuk merampungkan sejumlah tugas di ruang kerja istananya. Tak dinyana, putranya masuk ruangan dan hendak membicarakan sesuatu.

”Untuk urusan apa putraku datang ke sini: urusan negarakah atau keluargakah?” tanya Umar.

”Urusan keluarga, ayahanda,” jawab si anak.

Tiba-tiba Umar mematikan lampu penerang di atas mejanya. Seketika suasana menjadi gelap.

”Kenapa ayah memadamkan lampu itu?” tanya putranya merasa heran.

”Putraku, lampu yang sedang ayah pakai bekerja ini milik negara. Minyak yang digunakan juga dibeli dengan uang negara. Sementara perkara yang akan kita bahas adalah urusan keluarga,” jelas Umar.

Umar kemudian meminta pembantunya mengambil lampu dari ruang dalam.

"Nah, sekarang lampu yang kita nyalakan ini adalah milik keluarga kita. Minyaknya pun dibeli dengan uang kita sendiri. Silakan putraku memulai pembicaraan dengan ayah."

KEJAYAAN KEPEMIMPINAN UMAR BIN ABDUL AZIZ

Perlu diingat bahwa berdirinya Bani Umayyah, ketika itu umat islam terpecah menjadi beberapa kelompok, dan muncul beberapa aliran yang saling menjatuhkan satu sama lain diantara mereka terkait masalah pemerintahan, terutama aliran yang muncul dari kalangan pendukung keluarga Ali bin Abi Thalib. Sehingga ketika diangkatnya Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah bani Umayyah menggantikan Sulaiman, beliau menyatakan bahwa memperbaiki dan meningkatkan negeri yang berada di wilayah islam lebih baik dari pada menambah perluasannya. Ini berarti bahwa prioritas utama adalah pembangunan dalam negri, bliau pun berhasil menjalin hubungan baik dengan golongan Syi’ah dan golongan oposisi lain. Bliau juga memberi kebebasan kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya.
Adapun keberhasilan yang telah tercapai pada masa pemerintahannya adalah sebagai berikut:

a.   Meningkatkan  Ukhuwah Islamiyah
Dalam rangka meningkatkan rasa ukhuwah Islamiyah pertama-tama beliau melarang memusuhi keturunan Ali bin Abi Thalib. Selain itu beliau juga menghapuskan perlakuan istimewa terhadap suku bangsa Arab dan Bani Umayyah. Beliau menganggap semua suku adalah sama, yang penting mereka adalah muslim, karena yang diperlukan adalah loyalitasnya terhadap Negara dan bangsa. Dengan demikian, rasa persaudaraan akan semakin terjalin keakraban dan tidak saling memusuhi.
    
b.    Cinta Terhadap Ilmu Pengetahuan
Pada masa kepemimpinan beliau perkembangan dan kemajuan bidang ilmu pengatahuan semakin meningkat, terutama dalam bidang ilmu pengatahuan agama.
Sejak kecil beliau sudah belajar dan mempelajari isi kandungan Al-Qur’an. Bahkan tidak hanya sampai disitu saja, beliau juga mempelajari hadits-hadits dan menyaringnya, sebab ada kemungkinan hadits-hadits yang beredar pada saat itu banyak yang dimanipulasi demi kepentingan Negara.
Penerjemahan buku-buku yang dilakukan secara besar-besaran, baik buku tentang ilmu pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum, menjadikan perkembangan dan kemauan ilmu pengetahuan semakin maju dan berkembang.

c.    Perbaikan Ekonomi
Dalam memperbaiki ekonomi negara, beliau telah membatalkan ketetapan hadiah atas tanah dan kekayaan Negara yang telah diberikan khalifah sebelumnya kepada orang-orang tertentu. Semua harta kekayaan tertentu diambil kembali oleh Negara dan dijadikan harta kekayaan “Baitul Mal”. Selain itu ketetapan pajak yang telah dilakukan oleh Gubernur Hajjaj bin Yusuf di Irak dan Iran dibatalkan. Karena pajak yang diberlakukan oleh kedua Gubernur ini menurut beliau sebuah pendzaliman terhadap rakyat sendiri.
Tidak hanya itu, beliau juga melakukan perbaikan diberbagai bidang yang meliputi: pertanian, perdagangan dan pengamana lalu lintas perjalanan khalifah. Dengan demikian kebijakan yang dilakukan oleh beliau telah menstabilkan roda perekonomian masyarakat, sehingga kebutuhan sehari-hari rakyatnya bisa tercukupi.

d.    Mengadakan Penertiban Aparatur Pemerintahan
Usaha penertiban yang dilakukan oleh beliau adalah sebagai berikut:
1.    Memperkecil pengeluaran belanja negara yang tidak begitu penting dan melarang hidup bermewah-mewahan.
2.    Membasmi korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
3.    Memecat orang-orang yang tidak mempunyai loyalitas terhadap Negara.
4.    Memperbaiki gaji tentara, gubernur dan pegawai baitul mal.
Dengan adanya perbaikan gaji “Renumerasi” pegawai ini, maka para pejabat dan para pegawai tidak diperkenankan lagi mengurusi sesuatu di luar kepentingan Negara. Mereka diwajibkan mencurahkan segala perhatiaannya untuk kepentingan Negara dan rakyatnya.

HARI-HARI TERAKHIR

Umar bin Abdul-Aziz wafat disebabkan oleh sakit akibat diracun oleh pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga ditegur oleh menteri kepada isterinya, "Gantilah baju khalifah itu", dibalas isterinya, "Itu saja pakaian yang khalifah miliki".
Apabila beliau ditanya “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah engkau mau mewasiatkan sesuatu kepada anak-anakmu?”
Umar Abdul Aziz menjawab: "Apa yang ingin kuwasiatkan? Aku tidak memiliki apa-apa"
"Mengapa engkau tinggalkan anak-anakmu dalam keadaan tidak memiliki?"
"Jika anak-anakku orang soleh, Allah lah yang menguruskan orang-orang soleh. Jika mereka orang-orang yang tidak soleh, aku tidak mau meninggalkan hartaku di tangan orang yang mendurhakai Allah lalu menggunakan hartaku untuk mendurhakai Allah"
Pada waktu lain, Umar bin Abdul-Aziz memanggil semua anaknya dan berkata: "Wahai anak-anakku, sesungguhnya ayahmu telah diberi dua pilihan, pertama : menjadikan kamu semua kaya dan ayah masuk ke dalam neraka, kedua: kamu miskin seperti sekarang dan ayah masuk ke dalam surga (kerana tidak menggunakan uang rakyat). Sesungguhnya wahai anak-anakku, aku telah memilih surga." (beliau tidak berkata : aku telah memilih kamu susah)
Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunan Umar bin Abdul-Aziz adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.


“Puncak kejayaan di berbagai bidang tak lantas membuat Umar bin Abdul Aziz terperdaya. Meski prestasinya banyak dipuji, pemimpin berjuluk ”khalifah kelima” ini tetap bersahaja, amanah, dan sangat hati-hati mengelola aset negara”. 

Semoga kita dapat meneladani dan kita doakan agar para pejabat di negeri ini dapat mencontoh perilaku dan ketaatan dari Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. Aamiin Yaa Rabbal 'Aalamiin








Tidak ada komentar:

Posting Komentar